MANAJEMEN SEKOLAH ISLAM TERPADU DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN
(STUDI KASUS DI SD ISLAM TERPADU AL-ASROR TULUNGAGUNG)
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini semakin krisisnya moral dari para anak-anak
Indonesia ditingkat Sekolah Dasar dan sederajat dengan banyak bermunculan
kasus-kasus kenakalan anak-anak sehingga membuat masyarakat Indonesia bingung
dan ragu untuk memilih sekolah yang tepat untuk anak-anaknya agar menjadi
lulusan dari sebuah lembaga pendidikan yang bermoral dan berkualitas. Disamping
itu pendidikan mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Sejalan
dengan itu saat ini banyak perubahan-perubahan yang terus berkembang secara
terus menerus terutama dalam hal pendidikan dan ini perlu kita sikapi bersama
dengan serius. Karena jika tidak kita sikapi bersama kita akan jauh tertinggal
dari perkembangan dan kemajuan pendidikan. Saat ini yang perlu
kita perhatikan adalah lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan Islam
harus mampu menjadi lembaga pendidikan yang unggul, oleh sebab itu untuk bisa
menjadi lembaga pendidikan yang unggul diperlukan inovasi baru dan disertai
dengan manajemen pendidikan yang unggul pula.
Untuk
menjadikan lembaga sekolah yang unggul dan berkualitas maka perlu sebuah
manajemen yang baik karena di dalam sebuah
lembaga pendidikan sekolah tidak akan bisa berjalan dengan baik dan sesuai
standart pendidikan jika di dalam pengelolaan lembaga tersebut tidak dilakukan
dengan baik. Oleh karena itu di butuhkan manajemen yang baik dan tepat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Karena Setiap lembaga
pendidikan sekolah tentunya mempunya arah dan tujuan masing-masing. Arah dan
tujuan tersebut diharapkan mengacu pada
peningkatan mutu dalam suatu lembaga sekolah tersebut dan untuk mencapai tujuan
itu dibutuhkan manajemen yang baik dan tepat. Karena manajemen dalam pendidikan
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan
upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara
efektif dan efisian.[2]
Selain itu proses pelaksanaan dan system pengendalian
kegiatan juga bagian dari manajemen pendidikan. Semua itu merupakan hal yang penting
dan tidak boleh terlewatkan didalam manajemen
lembaga sekolah.
Bagian yang pertama dalam Manajemen lembaga sekolah adalah perencanaan,
karena perencanaan kegiatan lembaga sekolah menetapkan tujuan serta merumuskan
dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, metode dan waktu untuk
memaksimalisasi efisiensi, dan efektifitas pencapaian tujuan.[3] Selain itu perencanaan
di dalam lembaga sekolah merupakan kegiatan merumuskan masa depan lembaga
tersebut apabila didalam perencanaan sebuah lembaga sekolah tersebut tersusun
dengan baik maka masa depan sekolaah tersebut akan menjadi baik dan apabila
sebaliknya perencanaan sebuah lembaga sekolah tersebut tidak tertata dengan
baik maka keberlangsungan sebuah lembaga tersebut tidak bisa berjalan dengan
baik, perencanaan juga merupakan pegangan dan arah dalam pelaksanaan, dengan
menentukan langkah-langkah terlebih dahulu,[4] sehingga akan
diketahui apa yang akan dikerjakan setahap demi setahap di dalam pelaksanaan
lembaga sekolah tersebut.
Setelah membuat perencanaan maka selanjutnya melakukan pengorganisasian
yang baik karena pengorganisasian juga merupakan hal yang tidak boleh
terlewatkan dalam manajemen lembaga sekolah, karena organisasi merupakan suatu
komponen yang disatukan dalam satu stuktur dan sistem kerja yang terus bergerak
seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai. Organisasi
tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) dimana terjadi interaksi dan aktivitas
antar person (individu) karna organisasi adalah perpaduan sumberdaya manusia
yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab.[5]
Begitu pula pengorganisasian dalam lembaga sekolah harus dijalankan sesuai
dengan tugas dan wewenangnya masing-masing agar dapat berjalan dengan mudah dan
efisien didalam pengelolaan kinerja lembaga sekolah, tentunya melalui
pengorganisasian lembaga sekolah diharapkan rencana dan tujuan dari lembaga pendidikan
sekolah tersebut bisa tercapai.
Selanjutnya
setelah perencanaan dan pengorganisasian yaitu dibutuhkan pengendalian kegiatan
dalam manajemen lembaga sekolah. Karena dalam pengendalian ini segala sesuatu yang telah
direncanakan diharapkan bisa terlaksana sesuai dengan proses pelaksanaanya di
lapangan.
Dari
manajemen pengelolaan sekolah yang baik dan tepat diharapkan mampu meningkatkan
mutu di dalam sebuah lembaga pendidikan tersebut. Karena Mutu telah menjadi isu kuat dalam persaingan bisnis modern dewasa
ini, dan hal itu telah menjadi beban tugas bagi para manager, dan masalah mutu
juga telah masuk merasuki berbagai bidang kehidupan termasuk di bidang
pendidikan. Namun demikian istilah mutu tetap saja merupakan konsep
yang licin (Slippery) dan dapat
menggelincirkan orang, banyak orang berbicara mutu padahal yang dimaksudkan
adalah mahal, meskipun diakui bahwa yang bermutu itu cenderung mempunyai harga
yang lebih tinggi, namun tidak selamanya yang harga tinggi dan mahal itu
berarti bermutu, karena harga itu dampak dari mutu dan bukan sebaliknya. Oleh
karena itu pemahaman akan konsep mutu serta orientasinya perlu mendapat
pencermatan guna terhindar dari jebakan praktis, yang belakangan ini cenderung
terjadi juga di dunia pendidikan.
Program mutu sebenarnya berasal dari
dunia bisnis. Dalam dunia bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa,
program mutu merupakan program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha
sangat ditentukan oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna.
Permintaan dan tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan terus berubah
dan berkembang. Sejalan dengan hal itu, mutu produk dan jasa layanan yang
diberikan harus selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi
masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang
lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan
dan ketertiban sekalipun.
Dalam dunia pendidikan, mutu adalah
agenda utama dan senantiasa menjadi tugas yang paling penting. Walaupun
demikian, mutu bagi sebagaian orang dianggap sebagai sebuah konsep yang penuh
dengan teka-teki, membingungkan, dan sulit untuk diukur. Mutu memiliki presepsi
yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pandangan masing-masing orang. Para pakar
pendidikan pun memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana cara
menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu dengan baik.
Dari pemahaman manajemen lembaga sekolah diatas tentunya
dibutuhkan kreatifitas dan inovasi baru dalam pendidikan diharapkan terwujudnya
sebuah lembaga pendidikan yang unggul, bermutu dan berkualitas saat ini di Indonesia banyak
bermunculan lembaga-lembaga sekolah Islam. Lembaga tersebut merupakan suatu terobosan baru dalam
dunia pendidikan karena relevan untuk terus dikembangkan sehingga menjadi
sebuah lembaga pendidikan yang benar-benar menghasilkan siswa-siswa yang
berpotensi, beradab dan bermoral. Sekolah Islam adalah
sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam yang berlandaskan Al-Quran
dan Assunah. Sekolah Islam juga merupakan sekolah yang diselenggarakan dalam satu komplek dan
dikelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum, pembelajaran, guru sarana dan prasarana,
manajemen, dan evaluasi sehingga
menjadi
sekolah yang efektif dan berkualitas.[6]
Sekolah Islam merupakan inovasi dalam dunia pendidikan diharapkan mampu membawa
perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju.
Tetapi
saat ini dari sekian banyak lembaga–lembaga
sekolah Islam terpadu tersebut tidak mampu mengelola dengan baik didalam pelaksanaanya.
Maka dirasa perlu dan penting dilakukan penelitian Manajemen Sekolah Islam Terpadu Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan sehingga memunculkan teori-teori baru yang dapat diterapkan dalam
sekolah Islam agar dapat terus berkembang sesuai dngan tujuan pendidikan yaitu
meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu lembaga sekolah Islam juga menarik
untuk diteliti karena konsep yang diterapkan di lembaga sekolah Islam bermacam-macam
serta berbeda dalam pelaksanaanya antara lembaga sekolah Islam yang satu dengan
yang lainya sementara lembaga tersebut dari latar belakang yang sama yaitu
lembaga sekolah Islam.
Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian di SDIT
Al-Asror Tulungagung tepatnya di jalan Iswahyudi No 8 Tulungagung Jawa Timur
yang mana lembaga tersebut adalah sekolah berbasis pondok pesantren, segala
aktifitas yang dilakukan didalam lingkup pondok pesantren.
Beranjak dari latar belakang
tersebut, maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian mengenai : “MANAJEMEN SEKOLAH ISLAM TERPADU
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI SDIT AL-ASROR)”.
B. Fokus penelitian
Didalam
penelitian manajemen sekolah Islam terpadu serta berdasarkan latar belakang
diatas maka fokus
penelitianya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
Perencanaan peningkatan mutu pendidikan sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung ?
2.
Bagaimana pengorganisasian dalam meningkatkan mutu sekolah
Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung ?
3.
Bagaimana proses
pelaksanaan peningkatan mutu sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror
Tulungagung ?
4.
Bagaimana sistem
pengendalian mutu sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung ?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan
fokus penilitian diatas maka tujuan penelian yang akan dicapai adalah sebagai
berikt:
1.
Untuk mengetahui perencanaan
peningkatan mutu Sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung.
2.
Untuk mengetahui
pengorganisasian dalam meningkatkan mutu SDIT Al-Asror Tulungagung.
3.
Untuk mengetahui proses
pelaksanaan peningkatan mutu sekolah Islam Te.rpadu di SDIT Al-Asror
Tulungagung.
4.
Untuk mengetahui
pengendalian mutu sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung
D. Kegunaan penelitian
Kegunaan hasil penelitian
ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan hasil penelitian secara Teoritis dan
keguanaan hasil secara Praktis :
1.
Secara Teoritis.
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta hasil
penelitian ini dapat di jadikan bahan
untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan manajemen sekolah islam terpadu dan sekolah
berbasis pesantren.
2.
Secara Praktis.
a.
Bagi kepala sekolah Islam
terpadu, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang sangat bermanfaat
untuk referensi di dalam pelaksanaan
manajemen lembaga sekolah tersebut dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
b.
Bagi guru hasil
penelitian ini diharapkan sebagai masukan dalam
menjalankan tugas guru sebagai pengajar untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
c.
Bagi perpustakaan
Sekolah Tinggi Agama Islam Diponegoro Tulungagung diharapkan hasil penelitian
ini berguna untuk menambah literatur dalam bidang manajemen lembaga sekolah.
d.
Bagi
lembaga sekolah Islam terpadu yang diteliti dan lembaga sekolah Islam terpadu Kabupaten Tulungagung diharapkan dapat dijadikan bahan
acuan dan referensi tentang manajemen sekolah terpadu dalam meningkatkan mutu
pendidikan
E. Penegasan
Istilah
Untuk memperjelas bahasan tesis ini yang berjudul “Manajemen
Sekolag Islam Terpadu dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi kasus di SDIT
Al-Asror Tulungagung)” akan penulis
paparkan beberapa istilah dalam judul
tersebut sebagai berikut:
1.
Penegasan Konseptual
Adapun penegasan istilah secara konseptual sebagai
berikut: Manajemen Sekolah Islam Terpadu adalah sebagai proses perencanan, pengorganisasian,
memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien.[7] Sedangkan
Sekolah terpadu adalah sekolah yang memadukan kurikulum pendidikan umum dan
pendidikan Islam yang dikelola secara
terpadu baik dari aspek kurikulum, pembelajaran, guru, sarana dan prasarana,
manajemen, dan evaluasi sehingga menjadi sekolah yang efektif dan berkualitas. Jadi
Manajemen Sekolah Islam Terpadu jika
dikaitkan dengan peningkatan Mutu Pendidikan adalah bagaimana pengelolaan
lembaga sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan pengertian mutu
adalah kualitas.
2.
Penegasan Operasional
Adapun
penegasan secara operasional dalam judul tesis “Manajemen Sekolah Islam Terpadu
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi
kasus di SDIT Al-Asror Tulungagung)” adalah suatu pengelolaan lembaga sekolah dan kesiapan
sekolah dalam bentuk merencanakan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian mutu pendidikan di lembaga sekolah tersebut.
F. Tinjauan Pustaka
Banyak yang dijadikan dasar adanya studi tentang
manajement sekolah islam terpadu dalam meningkatkan mutu pendidikan,
diantaranya adalah:
1.
Peneliti Oleh
Peneliti Sebelumnya.
Berdasarkan temuan penulis, salah satu studi tentang
manajemen sekolah islam terpadu dalam meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Hari Marsongko dengan judul “Manajemen kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SD Muhamadiyah
Wonorejo
Tahun 2009”[8] dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan
mutu pendidikan harus dimulai dari kemampuan kepala sekolah dalam
menetapkan Visi,
Misi, Tujuan Pendidikan
SD Muhammadiyah Wonorejo
, Strategi,
dan Sasaran
tepat sesuai dengan
situasi dan kondisi sekolah.
2.
Berdasarkan
Teori-Teori
a.
Manajemen
Menurut ajaran Islam, segala sesuatu
harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus
diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.[9] Mulai dari urusan terkecil seperti
mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur
urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan
terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa
diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Sementara manajemen menurut istilah
adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai
secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.[10]
Sedangkan disisi lain manajemen juga dapat diartikan sebagai kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui
kegiatan-kegiatan orang lain.[11]
Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah
disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua
sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerja sama dengannya, agar tujuan bersama
bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif. Sedangkan Pendidikan Islam
merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik
sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di
akhirat. Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam
adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga
pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan
tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien,
dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun
di akhirat.[12]
b.
Fungsi Manajemen
Manajemen pendidikan Islam tidaklah
bisa terlepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry
Fayol seorang industriyawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen itu adalah merancang,
mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol
itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen
pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. fungsi
dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi,
memimpin, dan mengendalikan. Selain itu fungsi manajemen atau tugas
kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, Pengorganisasian,
Pengarahan Dan Pengawasan.[13]
Untuk mempermudah pembahasan
mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka kita uraikan fungsi manajemen
pendidikan Islam sesuai dengan pembahasan diatas yaitu : Perencanaan,
Pengorganisasian, Pengarahan/Kepemimpinan,
dan Pengawasan.
c.
Sekolah Islam Terpadu
Sekolah Islam adalah sekolah yang diselenggarakan berada
dalam suatu komplek atau tersendiri dan dikelola secara terpadu baik dari aspek
kurikulum, pembelajaran, guru, sarana dan prasarana, menejemen dan evaluasi,
sehingga menjadi sekolah yang efektif dan berkulitas.
Kualitas yang dimaksud adalah sekolah tersebut minimal
memenuhi Standart Nasional Pendidikan (SNP) pada tiap aspeknya, meliputi
kometisi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pembiayaan, pengelolaan, penilaian dan telah menylenggarakan serta
menghasilkan lulusan dengan ciri keinternasionalan. Disamping
itu sekolah terpadu diharapkan mampu mengembangkan budaya sekolah dan
lingkungan sekolah
yang mendukung ketercapaian
standart internasional dari berbagai aspek-aspek tersebut.[14]
Sekolah
Islam mengedepankan prinsip seamless education yaitu pendidikan yang saling
berkesinambungan dan terpadu. Building image menjadi
satu, sehingga SD, SMP
dan SMA merupakan satu bagian yang utuh. Seperti guru, staf, lab, ruang kelas,
gedung atau sumber daya sekolah lainnya merupakan milik bersama (resources sharing). Ada beberapa
unggulan dari sekolah Islam diantaranya :
1)
Adanya keterpaduan dan
proses yang berkesinambungan antara pelaksana pembelajaran antara SD, SMP, dan SMA.
2)
Sarana-prasarana yang
dimiliki dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, sehingga penggunaan lebih
efisien dan efektif.
3)
Guru dan staf dapat
saling memperkuat dan mensinkronkan isi dan model pembelajaran, sehingga
prosesnya menjadi berkelanjutan atau tidak terputus pada jenjang yang
berikutnya.
4)
Siswa setelah lulus
dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya di satu sekolah yang
sama tanpa khawatir memerlukan proses adaptasi lagi, sehingga gairah bersekolah
dan berkopetensi yang dikembangkan menjadi berkelanjutan. Untuk
membangun sekolah terpadu yang berbasis keunggulan, maka seluruh proses
kegiatan belajar mengajar perlu dibangun secara terpadu.
d.
Mutu Pendidikan
Mutu telah menjadi isu kuat dalam
persaingan bisnis modern dewasa ini, dan hal itu telah menjadi beban tugas bagi
para manager, dan masalah mutu juga telah masuk merasuki berbagai bidang
kehidupan termasuk di bidang pendidikan.Namun
demikian istilah mutu tetap saja merupakan konsep yang licin (Slippery) dan dapat menggelincirkan
orang, banyak orang berbicara mutu padahal yang dimaksudkan adalah mahal,
meskipun diakui bahwa yang bermutu itu cenderung mempunyai harga yang lebih
tinggi, namun tidak selamanya yang harga tinggi dan mahal itu berarti bermutu,
karena harga itu dampak dari mutu dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu
pemahaman akan konsep mutu serta orientasinya perlu mendapat pencermatan guna
terhindar dari jebakan praktis, yang belakangan ini cenderung terjadi juga di
dunia pendidikan.
Program mutu sebenarnya berasal dari
dunia bisnis. Dalam dunia bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa,
program mutu merupakan program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha
sangat ditentukan oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna.
Permintaan dan tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan terus berubah
dan berkembang. Sejalan dengan hal itu, mutu produk dan jasa layanan yang
diberikan harus selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi
masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang
lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan
dan ketertiban sekalipun.
Dalam dunia pendidikan, mutu adalah
agenda utama dan senantiasa menjadi tugas yang paling penting. Walaupun
demikian, mutu bagi sebagaian orang dianggap sebagai sebuah konsep yang penuh
dengan teka-teki, membingungkan, dan sulit untuk diukur. Mutu memiliki presepsi
yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pandangan masing-masing orang. Para pakar
pendidikan pun memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana cara
menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu dengan baik.
Mutu, secara
umum dapat didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan.[15] Memaknai mutu sebagai sebuah proses
struktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.
Mutu
juga
dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu
dalam percakapan sehari-hari sebagaian besar dipahami sebagai sesuatu yang
absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah yang mahal.
Sebagai suatu konsep yang ”absolut”, mutu sama halnya dengan sifat baik,
cantik, dan benar, ini merupakan suatu idealisme yang tidak dapat
dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan
bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan
mutu yang ”relatif” dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah produk
yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk itu dalam definisi relatif ini
produk atau layanan akan dianggap bermutu, bukan karena ia mahal dan eksklusif,
tetapi ia memiliki nilai misalnya keaslian produk, wajar, dan familiar.
Sedangkan Mutu dalam konteks
pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan out put pendidikan. Input pendidikan
adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses. Misalnya sumber daya, perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai
pemandu bagi berlangsungnya proses. Proses Pendidikan merupakan berubahnya
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari proses disebut
output.
Dalam konteks pendidikan mikro
(tingkat sekolah) yang dimaksud dengan proses adalah pengambilan keputusan,
proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar
mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Sedangkan out put pendidikan, adalah merupakan
kenerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari
proses/prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektifitasnya, produktifitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya serta moral kerjanya.
e.
Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah.
Manajemen peningkatan mutu madrasah atau sekolah
merupakan paradigma baru pendidikan,yang memberikan otonomi luas pada tingkat
madrasah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonami
diberikan agar madrasah leluasa
mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap dengan kebutuhan setempat. Pelibatan
masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu , dan mengontrol
pengelolaan pendidikan.[16]
Manajemen peningkatan mutu madrasah atau sekolah, merupakan
salah satu wujud dari reformasi pendidikan. Sistemnya ialah menawarkan sekolah
atau madrasah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi
para peserta didik. Otonomi dalam menejamen merupakan potensi bagi madrasah untuk
meningkatkan kinerja guru, menawarkan partisispasi langsung kelompok-kelompok
terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
Manajemen
peningkatan mutu madrasah di adopsi dari menejemen berbasis sekolah yang lebih
dahulu di kembangkan di Negara-negara lain. Dalam berbagai literature, istilah manajemen berbasis sekolah sangat
beragam. Para ahli manajemen pendidikan. manajemen berbasis sekolah sebagai
suatu bentuk desentranisasi dan bergantug pada redristibusi otoritas
pengambilan keputusan. manajemen berbasis sekolah sebagai alat menekan
sekolah/madrasah mengambil tanggung jawab apa yang terjadi pada peserta
didiknya. Dengan kata lain, madrasah mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Manajemen
peningkatan mutu madrasah merupakan suatu strategi untuk memperbaiki mutu
pendidikan melalui pengalihan otoritas pengambilan keputusan dari
pemerintah pusat ke daerah dan
kemasing-masing madrasah/sekolah. Dengan demikian, kepala madrasah/sekolah,
guru, peserta
didik, dan orang tua mempunyai control yang lebih besar terhadap proses
pendidikan, dan mempunyai tanggung jawab untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan pembiayaan personal, dan kurikulum sekolah.
Manajemen peningkatan mutu madrasah pada hakikatnya
adalah suatu strategi untuk memperbaiki mutu pendidikan dengan jalan pemberian
kewenangan dan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada kepala
sekolah/madrasah dengan melibatkan partisipasi individual, baik personal madrasah
maupun anggota masyarakat. Oleh karena itu, dengan
di terapkannya manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah akan membawa
perubahan terhadap pola manajemen pendidikan dari sitem sentralisasi ke
desentralisasi. Dalam sistem desentralisasi, fungsi-fungsi manajemen sekolah
yang semula dikerjakan oleh pemerintah pusat/dinas pendidikan provinsi/ dinas
pendidikan kota/ kabupaten, sebagian dari fungsi itu dapat dilakukan oleh
sekolah atau madrasah secara professional.[17]
Dampak perubahan manajemen terhadap sekolah sebagai berikut:
1)
Sekolah / madrasah
bersifat otonomi dan berkedudukan sebagai unit utama (selama ini sekolah di
tempatkan sebagai sub ordinasi birokrasi semua dan kedudukan sekolah bersifat
marginal).
2)
Personel sekolah/madrasah
dan anggota masyarakat dapat meninggalkan perilaku rutinitas dengan menunjukkan
perilaku mandiri, kreatif, proaktif sinergis, koordinatif, intregatif,
sinkrinistis, kooperatif, lues dan professional.
3)
Peran sekolah/ madrasah
selama ini biasa di atur ( mengikuti apa yang di putuskan oleh birokrasi) di
sesuaikan menjadi sekolah/ madrasah yang bermotivasi diri tinggi ( self
motivator).
Terdapat
beberapa prinsip yang melekat dalam konsep manajemen peningkatan mutu yang
berbasis madrasah sebagai berikut :
a)
Partisipasi dalam
pembuatan keputusan dengan dewan sekolah/madrasah yang melibatkan konstituen
sekolah akan menumbuhkan rasa memiliki bagi konstituen itu.
b)
Otoritas di delegasikan
dari the school board to the central
administration to the school building to the site council.
c)
Implementasi sistem
pembuatan keputusan terdesentralisasi akan mendatangkan sumber-sumber
pembiayaan secara signifikan.
f.
Tujuan manajemen peningkatan mutu sekolah.
Manajemen peningkatan mutu madrasah perlu di terapkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing madrasah melalui pemberian
kewenangan dalam mengelola madrasah sesuai dengan core value yang di kembangkan oleh madrasah dan mendorong
partisipasi warga madrasah dan masyarakat dalam meningkatkan mutu
pendidikannya.Implementassi MPMBM ini secara khusus mempunyai tujuan sebagai
berikut.
1)
Meningkatkan mutu
pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, dan inisiatif
madrasah dalam mengelola memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
2)
Meningkatkan kepedulian
warga masyarakat dan madrasah dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.
3)
Meningkatkan tanggung
jawab madrasah kepada orang tua, masyarakat dan p[emerintah untuk meningkatkan
mutu madrasah.
4)
Meningkatkan kompetisi
yang sehat antar madrasah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.[18]
Manajemen peningkatan mutu sekolah/ madrasah yang ditandai dengan
adanya otonomi yang diberikan kepada sekolah/madrasah dan adanya keterlibatan
aktif masyarakat terhadap madrasah merupakan respon yang diberikan pemerintah
terhadap gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan masyarakat.Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Alasan
diimplementasikan manajemen peningkatan mutu ini lebih lanjut di jelaskan
sebagai berikut:
1)
Pemberian otonomi yang lebih
besar kepada sekolah. Sekolah akan lebih mempunyai inisiatif dan kreativitas
dalam meningkatkan mutu sekolah.
2)
Pemberian
fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk
mengelola sumber dayanya maka sekolah diharapkan luwes dan lebih lincah dalam
mengadakan dan memanfaatkan sumber daya yang di miliki secara optimal dalam
meningkatkan mutu sekolah.
3)
Sekolah lebih
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya secara
personel sekolah dapat memanfaatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
memajukan sekolahnya.
4)
Sekolah lebih mengetahui
kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
5)
Pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena
hanya pihak sekolah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
6)
Penggunaan sumber daya
pendidikan lebih efisien dan efektif bilaman dikontrol oleh masyarakat
setempat.
7)
Keterlibatan semua warga
sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah untuk menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat.
8)
Sekolah dapat
bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah,
orang tua, peserta didik dan masyarakat pada umumnya sehingga diharapkan
sekolah berupaya semaksimal mungkin melaksanakan dan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan.
9)
Sekolah dapat
melaksanakan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalaui upaya-upaya inovatif dengan dukungan
orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.[19]
G.
Metode Penelitian
1.
Pendekatan Dan Jenis
Penelitian
Penelitian ini, penulis berusaha mengungkapkan beberapa
bentuk Manajemen Sekolah Islam Terpadu dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi kasus di
SDIT Al-Asror Tulungagung) secara menyeluruh dan apa adanya. Melalui
pengumpulan data dari latar alami yaitu tempat proses pendidikan agama islam
itu berlangsung dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Hal
ini penulis lakukan ntuk mengetahui sejauh mana manajemen di SDIT Al-Asror Tulungagung dalam meningkatkan mutu pendidikan
di lembaga tersebut.
Segala
prosedur aktifitas penelitian yang penulis
lakukan untuk
menyusun tesis
ini, menunjukkan bahwa penulis telah menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip Meleong, definisi
pendekatan penelitian kualitatif adalah: “prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.”[20]
Ada
tiga alasan mengapa penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu:
1.
Menyesuaikan metode
penelitian kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
2.
Metode ini meyajikan
secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden.
3.
Metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.[21]
2.
Kehadiran Peneliti
Dalam
penelitian ini instrumen utama dalam mengumpulkan data adalah peneliti, oleh
karena itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Cara peneliti dalam menggali
data adalah dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yakni di SD Islam Terpadu Al-Asror Tulungagung.
Baik dengan metode wawancara langsung dengan pengurus SD atau pun dengan bertanya
langsung dengan para siswa.
3.
Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian ini terletak di desa Ringinpitu
tepatnya di SD
Islam Terpadu Al-Asror. Ada beberapa alasan tentang penentuan lokasi tersebut
yaitu:
1.
Lokasi penelitian ini
terletak sangat strategis
Jl. Iswahyudi No. 8 Ringinpitu Kedungwaru Tulungagung, sekitar 7 km dari pusat kota.
2.
SD
Islam Terpadu Al-Asror adalah sebuah lembaga pendidikan islam milik sebuah
Yayasan Pondok Pesantren Al-Asror.
3.
Pada 3 tahun terakhir
ini merupakan SD swasta yang mengalami kemajuan pesat. Sekarang sudah mencapai
10 rombel dari 212 siswa.
4.
Data dan Sumber Data
a.
Jenis Data
Data
adalah “catatan fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang akan diolah dalam
kegiatan penelitian.”[22]
Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 yaitu:
1)
Data Primer yaitu data
yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.[23]
Data primer ini meliputi data hasil observasi dan wawancara penulis dengan
objek penelitian.
2)
Data sekunder yaitu data
yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam
bentuk publikasi atau jurnal.[24]
b.
Sumber Data
Sumber
data adalah subjek dari mana data diperoleh.[25]
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah responden dan
dokumentasi.
1)
Responden
Responden
adalah berupa orang yaitu orang yang memberikan informasi atau data yang
diperlukan dalam penelitian.[26] Yang menjadi responden
dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah,
Guru dan Siswa. Sedangkan hal yang ditanyakan peneliti kepada Kepala Sekolah dan Guru adalah tentang
sejarah berdirinya SD
Islam Al-Asror dan seputar manajemen yang
sekolah tersebut. Sedang kepada siswa tentang tingkat
pemahaman siswa dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2)
Dokumen
Dokumen
yaitu barang-barang tertulis. Dokumen ini bisa berupa catatan, arsip,
buku-buku, foto-foto dan dokumen lainnya. Dokumen yang dikumpulkan peneliti
meliputi keadaan guru, siswa serta suatu yang ada kaitannya dengan SD Islam Terpadu Al-Asror Tulungagung.
5.
Teknik Pengumpulan
Data
Tidak
ada satu penelitian pun yang tidak melalui proses pengumpulan data. Dalam
proses pengumpulan data tersebut ada banyak metode yang bisa digunakan yang
biasanya disesuaikan dengan jenis penelitiannya.
a.
Metode Penelitian
Suatu
penelitian bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiyah kalau penelitian itu
menggunakan metode. Yang dimaksud metode pengumpulan data disini adalah cara
yang digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data. Adapun pengumpulan data
yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi:
1)
Metode Observasi
Metode
observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematika terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian.[27]
Pengertian lain tentang metode observasi adalah pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian yang dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung.[28]
Didalam mengamati suatu objek penelitian tentunya
melibatkan dua indra yang sangat vital yaitu mata dan telinga yang kemudian
dimasukkan dalam ingatan, maka dari itu ada suatu cara untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut yaitu dengan mengadakan pencatatan terhadap hasil
pengamatan.
Dalam
observasi tersebut penulis memilih jenis observasi dan berperan serta yakni
“penelitian yang bercirikan interaksi soaial yang memakan waktu yang cukup
lama, antara peneliti dan subjek dalam lingkungan subjek.”[29]
2)
Metode Wawancara
(Interview)
Interview
yang digunakan interview terstruktur yaitu wawancara yang terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan deang struktur yang rumit.[30]
Dalam
wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal.[31]
Dengan kata lain interview (wawancara), merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
Interview
dapat diartikan sebagai metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara
sistematis yang berdasarkan tujuan dari penelitian.
Metode
ini digunakan penulis untuk menanyakan data-data tentang sejarah berdirinya SD
Islam Terpadu Al-Asror, keadaan SD Islam Terpadu Al-Asror, serta materi yang
sejalan.
3)
Metode Dokumentasi
Metode
dokumentasi yaitu setiap pernyataan tertentu ditulis yang disusun oleh
seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
menyajikan akunting.[32]
Dari definisi kiranya sudah cukup jelas apa yang dikehendaki oleh metode
dokumentasi ini. Dalam pelaksanaannya akan diadakan suatu pencatatan dan
penelitian tentang data dokumen yang diperlukan. Metode ini digunakan untuk
mengetahui keadaan guru dan siswa di SD Islam Terpadu Al-Asror.
b.
Instrumen Penelitian
Dalam
pelaksanaan metode-metode
diatas tidak lepas dari instrumen/alat bantu yang digunakan peneliti. Didalam
penelitian ini penulis menggunakan alat bantu yaitu:
a.
Pedoman Observasi
Dalam
observasi bersisi sebuah daftar kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
Dalam proses observasi pengamat tinggal memberi tanda pada kolom tempat
peristiwa muncul.
b.
Pedoman Komunikasi
Komunikasi
diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak yang
lain dengan menggunakan suatu media.[33]
Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain
Interview/komunikasi digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Dalam
hal ini peneliti membuat pertanyaan yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan
dalam penelitian.
c.
Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi
dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai sesuatu yang tertulis,
tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan.[34]
Hal yang harus dilakukan dalam berkomunikasi sebuah penelitian adalah membuat
garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya. Semisal akan mencari
data tentang keadaan guru, siswa, serta pengurus yayasan di suatu lembaga
tersebut.
6.
Teknik Analisa Data
Analisa
data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.[35]
Dalam penelitian ini menganalisa data dapat dilakukan dengan teknik analis data
kualitatif yaitu: dat yang berupa fakta-fakta dan gejala-gejala yng sesuai
dengan kenyataan.
Ada
anlisa data yang penulis lakukan yaitu: analisis data selama pengumpulannya dan
analisis data setelah selesai proses pengumpulan datanya. Analisa data selama
pengumpulan sebenarnya hanyalah analisis awal dan bisa dilakukan dengan reduksi
data. Langkah-langkah praktisnya yaitu pada setiap selesai melakukan satu kali
pengumpulan data, penulis membuat bagian refleksi dari bagaian catatan lapanan,
yang meliputi komentar dan memo. Dalam komentar dan memo tersebut akan terlihat
temuan temuan sementara dan eksistensi fokus, apakah tetap atau perlu diubah,
rencana pengumpuklan data berikutnya
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan analisis yang muncul dari data yang sudah
terkumpul dan penetapan sumber data berikutnya.
Analisa
data setelah pengumpulan data dilakukan dengan tiga langkah yaitu dengan
pengkodean, penyortiran (pengelompokan) dan penarikan kesimpulan pada tahap
akhir.
Langkah
pertama adalah pemberian kode pada setiap field note sesuai dengan
kategori-kategori yang telah penulis terapkan. Pada tahap penyortiran data,
penulis mengelompokkan satuan-satuandata tersebut menurut kategorinya dengan
menuliskan kembali dalam data lembaran atau kertas baru. Secara teori metode
seperti ini disebut file card system (sistem kartu arsip). Dari tahap inilah
kemudian terjadi paparan data dalam skripsi ini. Pada tahap terakhir yaitu
penarikan kesimpulan, penulis berusaha menarik kesimpulan dari sajian atau
paparan data. Dalam skripsi ini penarikan kesimpulan tersaji dalam bentuk
temuan penelitian.
Penelitian
kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris,
penelitian terjun ke lapangan. Mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan
menarik kesimpulan dari fenomena yang ada dilapangan. Analisa data didalam
penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Dengan demikian temuan penemuan penelitian dilapangan yang kemudian dibentuk
kedalam bangunan teori, hukum, bukan dari teori yang telah ada, melainkan
dikembangkan dari data lapangan (induktif).[36]
7.
Teknik Keabsahan Data
Agar
temuan dan keabsahan data dapat akurat peneliti melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Memperpanjang Kehadiran
Peneliti di Lapanagan
Posisi
peneliti sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan data menurut
peneliti, berperan serta untuk terjun langsung dalam komunitas SD Islam Terpadu
Al-Asror sesuai dengan alokasi yang ditentukan dan sekaligus melakukan
pengecekan validitas data dan menghindari distorsi pribadi yang berupa
subjektifitas peneliti dan distorsi dari informan baik yang disengaja seperti
karena ingin menyenangkan peneliti atau tidak semangat menanggapi penelitian.
Dalam
alokasi waktu yang telah diberikan pada peneliti. Peneliti memperpanjang waktu
kehadiran dari alokasi waktu yang telah diberikan. Hal ini peneliti lakukan
untuk mencari kelengkapan data-data yang terkait dengan jumlah pengajar di SD
Islam Terpadu Al-Asror, letak geografis lokasi penelitian, struktur
kepengurusan, melakukan wawancara, observasi
dan lain-lain, dilokasi penelitian yang mana respondennya adalah guru SD Islam
Terpadu Al-Asror dan semua komunitas SD Islam Terpadu Al-Asror.
b.
Triangulasi
Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.[37]
Ini merupakan teknik yang lazim dipakai untuk uji validitas dalam penelitian
kualitatif. Dengan triagulasi peneliti mampu menarik kesimpulan yang lengkap
tidak hanya dari sudut pandang, sehingga kebenaran data lebig bisa diterima.
Triangulasi dapat dilakukan dengtan menggunakan teknik yang berbeda yaitu
wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk
mengecek kebenaran data juga dilakukan
untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat
berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu
triangulasi bersifat reflektif.[38]
c.
Pembahasan Sejawat
Teknik
pengecekan validitas data ini biasa dilakukan dengan cara mengekspose hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Pembahasan sejawat tersebut akan menghasilkan masukan dalam bentuk kritik,
saran, arahan dan lain-lain sebagai bahan pertimbangan berharga bagi proses
pengumpulan data selanjutnya dan analisis data sementara serta analisis data
akhir.
Dalam
prateknya hal ini berulang kali peneliti lakukan karena dalam melkukan
penelitian, peneliti sering berkumpul dengan teman-teman yang juga melakukan penelitian walaupun lokasinya berbeda. Hali ini rutin
dilakukan ketiak para peneliti sedang berkumpul di tempat yang sama.
H. Sistematika
Pembahasan
Dalam sebuah karya ilmiah adanya sistematika merupakan
bantuan yang dapat digunakan oleh pembaca untuk mempermudah mengetahui
urut-urutan sistematis dari isi karya ilmiah tersebut. Sistematika
pembahasan dalam tesis ini dapat
dijelaskan bahwa tesis ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni bagian
priliminier, bagian isi atau teks dan bagian akhir, lebih rinci lagi dapat
diuraikan sebagai berikut :
Bagian
priliminier, yang berisi: halaman sampul depan, halaman judul, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan, memuat kata pengantar,
halaman daftar isi, halaman tabel, halaman daftar gambar, halaman daftar
lampiran, halaman abstrak.
Bagian isi atau teks,
yang merupakan inti dari hasil penelitian yang terdiri dari enam bab dan
masing-masing bab terbagi ke dalam sub-sub bab.
Bab
I pendahuluan bagian ini terdiri dari koteks penelitian, fokus penelitian,
tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab
II Kajian Pustaka, bagian ini terdiri dari tinjauan tentang guru pendidikan
agama islam, tinjauan tentang kepribadian muslim, dan kontribusi guru
pendidikan agama islam dalam membentuk kepribadian muslim.
BAB III : pada bab ini mengemukakan tentang
metodologi penelitian yang berisi tentang : pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap
penelitian.
BAB
IV : berisi tentang paparan data dan temuan penelitian yang meliputi deskripsi
tentang objek, penyajian data dan analisanya sera dilanjutkan dengan
pembahasan.
BAB
V : berisi tentang pembahasan hasil penelitian.
BAB
VI : berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad
Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Peneitian Suatu Pendekatn Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002.
Collingridge,
J., and Ritchie, M. Dasar-Dasar Manajemen Personalia. Diterjemahkan oleh
Ratna S. (Jakarta: Erlangga.1979)
Didin Hafidudin dan Hendri
Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Gema Insani, Jakarta,
2003.
Dinas
pendidikan. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis sekolah.(Jakarta:Ditjen Ditnasmen Depdiknas.2002)
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Manajemen Mutu Pendidikan) Alis
Bahasa. Ahmad Ali Riyadi & Fahrurrozi. (Yogyakarta. 2008. Cet; VII)
Jerome S. Arcaro, “Quality
in Education: an Implementation Handbook” diterjemahkan oleh Yosal Iriantara,
Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2007.
Kartini Kartono, Pengantar
Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju, 1990.
Lexy
J Meleong. Metodologi Penelitian
Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002).
Lifkhoirulahmadi, dkk. Setrategi
Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.
Margono,
Metodologi Penelitian Pendidikan ,Cetakan 2, Jakarta: Rineka Cipta,
1997.
Margono,
Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Marsongko, Hari.
Manajemen kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SD Muhamadiyah
Wonorejo. 2015.
M.
Sobrisutikno. Manajemen Pendidikan.
Lombok: Holistika, 2012.
Nasution,
Metode Research (Penelitian Ilmiyah). Bandung: Jemmars, 1991.
Onisimusamtu.
Manajemen Pendidikan di Era Otonomi
Daerah. bandung: Alfabet, 2011. 47.
R Terry, George .Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan
Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008.
Robbin dan Coulter, Manajemen
(edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007.
P Siagian, Sondang. Filsafah Administrasi,
CV Masaagung, Jakarta, 1990.
Masrokan, Prim. Manajemen mutu sekolah
strategi peningkatan mutu dan daya saing lembaga pendidikan Islam.
Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,2013.
Suharsimi, prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002.
Syafi’i, Asrof Metodologi
Penelitian Pendidikan. Surabaya: Elkaf, 2005.
S.
Nasution, Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003.
Surakhmad, Winarko. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan
Teknik. Bandung: Tarsito, 1990, 163.
Tanzeh,
Suyetno. Dasar-Dasar
Penelitian. Surabaya: Elkaf, 2006,27.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara, 2012.
Ulwan
, Nasih Abdul, Pedoman Pendidikan Anak
Dalam Islam Jilid 2. Bandung:
Asy-Syifa’, 1990.
Ulbertsilalahi. Asas-asas
Manajemen. Bandung: Mandarmaju,1996.
[1] Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Bumi Aksara, 2012. 3.
[3]Ulbertsilalahi.
Asas-asas Manajemen. Bandung:
Mandarmaju,1996. 135-136.
[4]M.
Sobrisutikno. Manajemen Pendidikan…..23.
[5]Onisimusamtu.
Manajemen Pendidikan di Era Otonomi
Daerah. bandung: Alfabet, 2011. 47.
[6]Lifkhoirulahmadi,
dkk. Setrategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011. 2.
[8] Hari
marsongko. Manajemen kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SD Muhamadiyah
Wonorejo. 2015.
[9]Didin Hafidudin dan Hendri
Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Gema Insani, Jakarta,
2003.1
[11]Sondang P Siagian, Filsafah
Administrasi, CV Masaagung, Jakarta, 1990.5
[12]Ramayulis, Ilmu Pendidikan
Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008.260
[14] Iifkhoirulahmadi,
dkk. Setrategi Pembelajaran Sekolah
Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.
[15]Jerome S. Arcaro, “Quality
in Education: an Implementation Handbook” diterjemahkan oleh Yosal Iriantara,
Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah Penerapan
(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2007), 75.
[16]Prim
Masrokan. Manajemen mutu sekolah strategi
peningkatan mutu dan daya saing lembaga pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,2013) 123.
[17] Dinas pendidikan. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
sekolah.(Jakarta:Ditjen Ditnasmen Depdiknas.2002)
[18] Prim Masrokan. Manajemen
mutu sekolah strategi peningkatan mutu dan daya saing lembaga pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,2013)133
Depdiknas.2002)
[20] Ahmad Tanzeh, Pengantar
Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009, 100.
[22] Suyetno Tanzeh, Dasar-Dasar
Penelitian. Surabaya: Elkaf, 2006,27.
[23] Winarko Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan
Teknik. Bandung: Tarsito, 1990, 163.
[24] Asrof Syafi’i, Metodologi
Penelitian Pendidikan. Surabaya: Elkaf, 2005, 212.
[25] Suharsimi, prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002, 107.
[26] Suharsimi, Ibid.
143.
[27] Margono, Ibid. 145.
[28] Ahmad Tanzeh, Op
Cit. 58.
[29] Kartini Kartono, Pengantar
Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju, 1990, 157.
[30] Kartini Kartono, Ibid.
151
[31] Nasution, Metode
Research (Penelitian Ilmiyah). Bandung: Jemmars, 1991, 153.
[32] Nasution, Ibid.
160.
[35] Lexy Moloeng, Op Cit.
103.
[36] Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 330.
[37] Margono, Ibid.178
[38] S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung:
Tarsito, 2003, 115.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar