Rabu, 12 Juni 2019

Proposal Tesis Judul MANAJEMEN SEKOLAH ISLAM TERPADU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI SD ISLAM TERPADU AL-ASROR TULUNGAGUNG)


MANAJEMEN SEKOLAH ISLAM TERPADU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
(STUDI KASUS DI SD ISLAM TERPADU AL-ASROR TULUNGAGUNG)

A.      Latar Belakang Masalah
Dewasa ini semakin krisisnya moral dari para anak-anak Indonesia ditingkat Sekolah Dasar dan sederajat dengan banyak bermunculan kasus-kasus kenakalan anak-anak sehingga membuat masyarakat Indonesia bingung dan ragu untuk memilih sekolah yang tepat untuk anak-anaknya agar menjadi lulusan dari sebuah lembaga pendidikan yang bermoral dan berkualitas. Disamping itu pendidikan mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak  serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,  kreatif,  mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Sejalan dengan itu saat ini banyak perubahan-perubahan yang terus berkembang secara terus menerus terutama dalam hal pendidikan dan ini perlu kita sikapi bersama dengan serius. Karena jika tidak kita sikapi bersama kita akan jauh tertinggal dari perkembangan dan kemajuan pendidikan. Saat ini yang perlu kita perhatikan adalah lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan Islam harus mampu menjadi lembaga pendidikan yang unggul, oleh sebab itu untuk bisa menjadi lembaga pendidikan yang unggul diperlukan inovasi baru dan disertai dengan manajemen pendidikan yang unggul pula.
Untuk menjadikan lembaga sekolah yang unggul dan berkualitas maka perlu sebuah manajemen yang baik karena di dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah tidak akan bisa berjalan dengan baik dan sesuai standart pendidikan jika di dalam pengelolaan lembaga tersebut tidak dilakukan dengan baik. Oleh karena itu di butuhkan manajemen yang baik dan tepat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena Setiap lembaga pendidikan sekolah tentunya mempunya arah dan tujuan masing-masing. Arah dan tujuan tersebut  diharapkan mengacu pada peningkatan mutu dalam suatu lembaga sekolah tersebut dan untuk mencapai tujuan itu dibutuhkan manajemen yang baik dan tepat. Karena manajemen dalam pendidikan merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisian.[2] Selain itu proses pelaksanaan dan system pengendalian kegiatan juga bagian dari manajemen pendidikan. Semua itu merupakan hal yang penting dan tidak boleh terlewatkan didalam manajemen lembaga sekolah.
Bagian yang pertama dalam  Manajemen lembaga sekolah adalah perencanaan, karena perencanaan kegiatan lembaga sekolah menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan manusia, informasi, metode dan waktu untuk memaksimalisasi efisiensi, dan efektifitas pencapaian tujuan.[3] Selain itu perencanaan di dalam lembaga sekolah merupakan kegiatan merumuskan masa depan lembaga tersebut apabila didalam perencanaan sebuah lembaga sekolah tersebut tersusun dengan baik maka masa depan sekolaah tersebut akan menjadi baik dan apabila sebaliknya perencanaan sebuah lembaga sekolah tersebut tidak tertata dengan baik maka keberlangsungan sebuah lembaga tersebut tidak bisa berjalan dengan baik, perencanaan juga merupakan pegangan dan arah dalam pelaksanaan, dengan menentukan langkah-langkah terlebih dahulu,[4] sehingga akan diketahui apa yang akan dikerjakan setahap demi setahap di dalam pelaksanaan lembaga sekolah tersebut.
Setelah membuat perencanaan maka selanjutnya melakukan pengorganisasian yang baik karena pengorganisasian juga merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan dalam manajemen lembaga sekolah, karena organisasi merupakan suatu komponen yang disatukan dalam satu stuktur dan sistem kerja yang terus bergerak seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai. Organisasi tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) dimana terjadi interaksi dan aktivitas antar person (individu) karna organisasi adalah perpaduan sumberdaya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab.[5] Begitu pula pengorganisasian dalam lembaga sekolah harus dijalankan sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing agar dapat berjalan dengan mudah dan efisien didalam pengelolaan kinerja lembaga sekolah, tentunya melalui pengorganisasian lembaga sekolah diharapkan rencana dan tujuan dari lembaga pendidikan sekolah tersebut bisa tercapai.
Selanjutnya setelah perencanaan dan pengorganisasian yaitu dibutuhkan pengendalian kegiatan dalam manajemen lembaga sekolah. Karena dalam pengendalian ini segala sesuatu yang telah direncanakan diharapkan bisa terlaksana sesuai dengan proses pelaksanaanya di lapangan.
Dari manajemen pengelolaan sekolah yang baik dan tepat diharapkan mampu meningkatkan mutu di dalam sebuah lembaga pendidikan tersebut. Karena Mutu telah menjadi isu kuat dalam persaingan bisnis modern dewasa ini, dan hal itu telah menjadi beban tugas bagi para manager, dan masalah mutu juga telah masuk merasuki berbagai bidang kehidupan termasuk di bidang pendidikan. Namun demikian istilah mutu tetap saja merupakan konsep yang licin (Slippery) dan dapat menggelincirkan orang, banyak orang berbicara mutu padahal yang dimaksudkan adalah mahal, meskipun diakui bahwa yang bermutu itu cenderung mempunyai harga yang lebih tinggi, namun tidak selamanya yang harga tinggi dan mahal itu berarti bermutu, karena harga itu dampak dari mutu dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu pemahaman akan konsep mutu serta orientasinya perlu mendapat pencermatan guna terhindar dari jebakan praktis, yang belakangan ini cenderung terjadi juga di dunia pendidikan.

Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat ditentukan oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan dan tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan terus berubah dan berkembang. Sejalan dengan hal itu, mutu produk dan jasa layanan yang diberikan harus selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan dan ketertiban sekalipun.
Dalam dunia pendidikan, mutu adalah agenda utama dan senantiasa menjadi tugas yang paling penting. Walaupun demikian, mutu bagi sebagaian orang dianggap sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki, membingungkan, dan sulit untuk diukur. Mutu memiliki presepsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pandangan masing-masing orang. Para pakar pendidikan pun memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana cara menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu dengan baik.
Dari pemahaman manajemen lembaga sekolah diatas tentunya dibutuhkan kreatifitas dan inovasi baru dalam pendidikan diharapkan terwujudnya sebuah lembaga pendidikan yang unggul, bermutu  dan berkualitas saat ini di Indonesia banyak bermunculan lembaga-lembaga sekolah Islam. Lembaga  tersebut merupakan suatu terobosan baru dalam dunia pendidikan karena relevan untuk terus dikembangkan sehingga menjadi sebuah lembaga pendidikan yang benar-benar menghasilkan siswa-siswa yang berpotensi, beradab dan bermoral. Sekolah Islam adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Assunah. Sekolah Islam juga merupakan sekolah yang  diselenggarakan dalam satu komplek dan dikelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum, pembelajaran, guru sarana dan prasarana, manajemen, dan evaluasi sehingga
menjadi sekolah yang efektif dan berkualitas.[6] Sekolah Islam merupakan inovasi dalam dunia pendidikan diharapkan mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju.
Tetapi saat ini  dari sekian banyak lembaga–lembaga sekolah Islam terpadu tersebut tidak mampu mengelola dengan baik didalam pelaksanaanya. Maka dirasa perlu dan penting dilakukan penelitian Manajemen Sekolah Islam Terpadu Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan sehingga memunculkan teori-teori baru yang dapat diterapkan dalam sekolah Islam agar dapat terus berkembang sesuai dngan tujuan pendidikan yaitu meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu lembaga sekolah Islam juga menarik untuk diteliti karena konsep yang diterapkan di lembaga sekolah Islam bermacam-macam serta berbeda dalam pelaksanaanya antara lembaga sekolah Islam yang satu dengan yang lainya sementara lembaga tersebut dari latar belakang yang sama yaitu lembaga sekolah Islam.
Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian di SDIT Al-Asror Tulungagung tepatnya di jalan Iswahyudi No 8 Tulungagung Jawa Timur yang mana lembaga tersebut adalah sekolah berbasis pondok pesantren, segala aktifitas yang dilakukan didalam lingkup pondok pesantren.
Beranjak dari latar belakang tersebut, maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian mengenai : “MANAJEMEN SEKOLAH ISLAM TERPADU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI SDIT AL-ASROR)”.

B.       Fokus penelitian
Didalam penelitian manajemen sekolah Islam terpadu serta berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitianya adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana Perencanaan peningkatan mutu pendidikan sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung ?
2.         Bagaimana  pengorganisasian dalam meningkatkan mutu sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung ?
3.         Bagaimana proses pelaksanaan peningkatan mutu sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung ?
4.         Bagaimana sistem pengendalian mutu sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung ?

C.      Tujuan penelitian
Berdasarkan fokus penilitian diatas maka tujuan penelian yang akan dicapai adalah sebagai berikt:
1.         Untuk mengetahui perencanaan peningkatan mutu Sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung.
2.         Untuk mengetahui pengorganisasian dalam meningkatkan mutu  SDIT Al-Asror Tulungagung.
3.         Untuk mengetahui proses pelaksanaan peningkatan mutu sekolah Islam Te.rpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung.
4.         Untuk mengetahui pengendalian mutu sekolah Islam Terpadu di SDIT Al-Asror Tulungagung

D.      Kegunaan penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan hasil penelitian secara Teoritis dan keguanaan hasil secara Praktis :
1.         Secara Teoritis.
Untuk  pengembangan ilmu pengetahuan, serta hasil penelitian ini dapat di jadikan  bahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan manajemen sekolah islam terpadu dan sekolah berbasis pesantren.
2.         Secara Praktis.
a.       Bagi kepala sekolah Islam terpadu, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang sangat bermanfaat untuk referensi di dalam pelaksanaan manajemen lembaga sekolah tersebut dalam meningkatkan mutu pendidikan.
b.      Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dalam  menjalankan tugas guru sebagai pengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c.       Bagi perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Diponegoro Tulungagung diharapkan hasil penelitian ini berguna untuk menambah literatur dalam bidang manajemen lembaga sekolah.
d.      Bagi lembaga sekolah Islam terpadu yang diteliti dan lembaga sekolah Islam terpadu Kabupaten Tulungagung diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dan referensi tentang manajemen sekolah terpadu dalam meningkatkan mutu pendidikan

E.       Penegasan Istilah
Untuk memperjelas bahasan tesis ini yang berjudul “Manajemen Sekolag Islam Terpadu dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi kasus di SDIT Al-Asror Tulungagung)” akan  penulis paparkan beberapa istilah  dalam judul tersebut sebagai berikut:
1.         Penegasan Konseptual
Adapun penegasan istilah secara konseptual sebagai berikut: Manajemen Sekolah Islam Terpadu adalah sebagai proses perencanan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.[7] Sedangkan Sekolah terpadu adalah sekolah yang memadukan kurikulum pendidikan umum dan pendidikan Islam yang  dikelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum, pembelajaran, guru, sarana dan prasarana, manajemen, dan evaluasi sehingga menjadi sekolah yang efektif dan berkualitas. Jadi Manajemen Sekolah Islam Terpadu  jika dikaitkan dengan peningkatan Mutu Pendidikan adalah bagaimana pengelolaan lembaga sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan pengertian mutu adalah kualitas.
2.         Penegasan Operasional
Adapun penegasan secara operasional dalam judul tesis “Manajemen Sekolah Islam Terpadu dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi kasus di SDIT Al-Asror Tulungagung)”  adalah suatu  pengelolaan lembaga sekolah dan kesiapan sekolah dalam bentuk merencanakan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian mutu pendidikan di lembaga sekolah tersebut.

F.       Tinjauan Pustaka
Banyak yang dijadikan dasar adanya studi tentang manajement sekolah islam terpadu dalam meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya adalah:
1.         Peneliti Oleh Peneliti Sebelumnya.
Berdasarkan temuan penulis, salah satu studi tentang manajemen sekolah islam terpadu dalam meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Hari Marsongko dengan judul “Manajemen kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SD  Muhamadiyah  Wonorejo  Tahun 2009[8] dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dari kemampuan kepala sekolah        dalam menetapkan Visi, Misi, Tujuan Pendidikan SD Muhammadiyah Wonorejo , Strategi, dan Sasaran tepat sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
2.         Berdasarkan Teori-Teori
a.         Manajemen
Menurut ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.[9] Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.[10] Sedangkan disisi lain manajemen juga dapat diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.[11] Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerja sama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.[12]

b.        Fungsi Manajemen
Manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen itu adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Selain itu fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan Dan Pengawasan.[13]
Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka kita uraikan fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan pembahasan diatas yaitu : Perencanaan, Pengorganisasian,  Pengarahan/Kepemimpinan, dan Pengawasan.
c.         Sekolah Islam Terpadu
Sekolah Islam adalah sekolah yang diselenggarakan berada dalam suatu komplek atau tersendiri dan dikelola secara terpadu baik dari aspek kurikulum, pembelajaran, guru, sarana dan prasarana, menejemen dan evaluasi, sehingga menjadi sekolah yang efektif dan berkulitas.
Kualitas yang dimaksud adalah sekolah tersebut minimal memenuhi Standart Nasional Pendidikan (SNP) pada tiap aspeknya, meliputi kometisi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, penilaian dan telah menylenggarakan serta menghasilkan lulusan dengan ciri keinternasionalan. Disamping itu sekolah terpadu diharapkan mampu mengembangkan budaya sekolah dan lingkungan sekolah yang mendukung ketercapaian standart internasional dari berbagai aspek-aspek tersebut.[14]
Sekolah Islam mengedepankan prinsip seamless education yaitu pendidikan yang saling berkesinambungan dan terpadu. Building image menjadi satu, sehingga SD, SMP dan SMA merupakan satu bagian yang utuh. Seperti guru, staf, lab, ruang kelas, gedung atau sumber daya sekolah lainnya merupakan milik bersama (resources sharing). Ada beberapa unggulan dari sekolah Islam diantaranya :
1)        Adanya keterpaduan dan proses yang berkesinambungan antara pelaksana pembelajaran antara SD, SMP, dan SMA.
2)        Sarana-prasarana yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, sehingga penggunaan lebih efisien dan efektif.
3)        Guru dan staf dapat saling memperkuat dan mensinkronkan isi dan model pembelajaran, sehingga prosesnya menjadi berkelanjutan atau tidak terputus pada jenjang yang berikutnya.
4)        Siswa setelah lulus dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya di satu sekolah yang sama tanpa khawatir memerlukan proses adaptasi lagi, sehingga gairah bersekolah dan berkopetensi yang dikembangkan menjadi berkelanjutan. Untuk membangun sekolah terpadu yang berbasis keunggulan, maka seluruh proses kegiatan belajar mengajar perlu dibangun secara terpadu.

d.        Mutu Pendidikan
Mutu telah menjadi isu kuat dalam persaingan bisnis modern dewasa ini, dan hal itu telah menjadi beban tugas bagi para manager, dan masalah mutu juga telah masuk merasuki berbagai bidang kehidupan termasuk di bidang pendidikan.Namun demikian istilah mutu tetap saja merupakan konsep yang licin (Slippery) dan dapat menggelincirkan orang, banyak orang berbicara mutu padahal yang dimaksudkan adalah mahal, meskipun diakui bahwa yang bermutu itu cenderung mempunyai harga yang lebih tinggi, namun tidak selamanya yang harga tinggi dan mahal itu berarti bermutu, karena harga itu dampak dari mutu dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu pemahaman akan konsep mutu serta orientasinya perlu mendapat pencermatan guna terhindar dari jebakan praktis, yang belakangan ini cenderung terjadi juga di dunia pendidikan.
Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat ditentukan oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan dan tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan terus berubah dan berkembang. Sejalan dengan hal itu, mutu produk dan jasa layanan yang diberikan harus selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-bidang lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang keamanan dan ketertiban sekalipun.
Dalam dunia pendidikan, mutu adalah agenda utama dan senantiasa menjadi tugas yang paling penting. Walaupun demikian, mutu bagi sebagaian orang dianggap sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki, membingungkan, dan sulit untuk diukur. Mutu memiliki presepsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pandangan masing-masing orang. Para pakar pendidikan pun memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana cara menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu dengan baik.
Mutu, secara umum dapat didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.[15] Memaknai mutu sebagai sebuah proses struktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Mutu juga dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagaian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah yang mahal. Sebagai suatu konsep yang ”absolut”, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, ini merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang ”relatif” dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk itu dalam definisi relatif ini produk atau layanan akan dianggap bermutu, bukan karena ia mahal dan eksklusif, tetapi ia memiliki nilai misalnya keaslian produk, wajar, dan familiar.
Sedangkan Mutu dalam konteks pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan out put pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Misalnya sumber daya, perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari proses disebut output.
Dalam konteks pendidikan mikro (tingkat sekolah) yang dimaksud dengan proses adalah pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Sedangkan out put pendidikan, adalah merupakan kenerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktifitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya serta moral kerjanya.
e.         Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah.
Manajemen peningkatan mutu madrasah atau sekolah merupakan paradigma baru pendidikan,yang memberikan otonomi luas pada tingkat madrasah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonami diberikan  agar madrasah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap dengan kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu , dan mengontrol pengelolaan pendidikan.[16]
Manajemen peningkatan mutu madrasah atau sekolah, merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan. Sistemnya ialah menawarkan sekolah atau madrasah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para peserta didik. Otonomi dalam menejamen merupakan potensi bagi madrasah untuk meningkatkan kinerja guru, menawarkan partisispasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
Manajemen peningkatan mutu madrasah di adopsi dari menejemen berbasis sekolah yang lebih dahulu di kembangkan di Negara-negara lain. Dalam berbagai literature, istilah manajemen berbasis sekolah sangat beragam. Para ahli manajemen pendidikan. manajemen berbasis sekolah sebagai suatu bentuk desentranisasi dan bergantug pada redristibusi otoritas pengambilan keputusan. manajemen berbasis sekolah sebagai alat menekan sekolah/madrasah mengambil tanggung jawab apa yang terjadi pada peserta didiknya. Dengan kata lain, madrasah mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Manajemen peningkatan mutu madrasah merupakan suatu strategi untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui pengalihan otoritas pengambilan keputusan dari pemerintah  pusat ke daerah dan kemasing-masing madrasah/sekolah. Dengan demikian, kepala madrasah/sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua mempunyai control yang lebih besar terhadap proses pendidikan, dan mempunyai tanggung jawab untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pembiayaan personal, dan kurikulum sekolah.
Manajemen peningkatan mutu madrasah pada hakikatnya adalah suatu strategi untuk memperbaiki mutu pendidikan dengan jalan pemberian kewenangan dan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada kepala sekolah/madrasah dengan melibatkan partisipasi individual, baik personal madrasah maupun anggota masyarakat. Oleh karena itu, dengan di terapkannya manajemen peningkatan mutu berbasis madrasah akan membawa perubahan terhadap pola manajemen pendidikan dari sitem sentralisasi ke desentralisasi. Dalam sistem desentralisasi, fungsi-fungsi manajemen sekolah yang semula dikerjakan oleh pemerintah pusat/dinas pendidikan provinsi/ dinas pendidikan kota/ kabupaten, sebagian dari fungsi itu dapat dilakukan oleh sekolah atau madrasah secara professional.[17] Dampak perubahan manajemen terhadap sekolah sebagai berikut:
1)        Sekolah / madrasah bersifat otonomi dan berkedudukan sebagai unit utama (selama ini sekolah di tempatkan sebagai sub ordinasi birokrasi semua dan kedudukan sekolah bersifat marginal).
2)        Personel sekolah/madrasah dan anggota masyarakat dapat meninggalkan perilaku rutinitas dengan menunjukkan perilaku mandiri, kreatif, proaktif sinergis, koordinatif, intregatif, sinkrinistis, kooperatif, lues dan professional.
3)        Peran sekolah/ madrasah selama ini biasa di atur ( mengikuti apa yang di putuskan oleh birokrasi) di sesuaikan menjadi sekolah/ madrasah yang bermotivasi diri tinggi ( self motivator).
Terdapat beberapa prinsip yang melekat dalam konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis madrasah sebagai berikut :
a)         Partisipasi dalam pembuatan keputusan dengan dewan sekolah/madrasah yang melibatkan konstituen sekolah akan menumbuhkan rasa memiliki bagi konstituen itu.
b)        Otoritas di delegasikan dari the school board to the central administration to the school building to the site council.
c)         Implementasi sistem pembuatan keputusan terdesentralisasi akan mendatangkan sumber-sumber pembiayaan secara signifikan.

f.          Tujuan manajemen peningkatan mutu sekolah.
Manajemen peningkatan mutu madrasah perlu di terapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing madrasah melalui pemberian kewenangan dalam mengelola madrasah sesuai dengan core value yang di kembangkan oleh madrasah dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikannya.Implementassi MPMBM ini secara khusus mempunyai tujuan sebagai berikut.
1)        Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, dan inisiatif madrasah dalam mengelola memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2)        Meningkatkan kepedulian warga masyarakat dan madrasah dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3)        Meningkatkan tanggung jawab madrasah kepada orang tua, masyarakat dan p[emerintah untuk meningkatkan mutu madrasah.
4)        Meningkatkan kompetisi yang sehat antar madrasah dalam meningkatkan kualitas pendidikan.[18]
Manajemen peningkatan mutu sekolah/ madrasah yang ditandai dengan adanya otonomi yang diberikan kepada sekolah/madrasah dan adanya keterlibatan aktif masyarakat terhadap madrasah merupakan respon yang diberikan pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan masyarakat.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Alasan diimplementasikan manajemen peningkatan mutu ini lebih lanjut di jelaskan sebagai berikut:
1)        Pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah. Sekolah akan lebih mempunyai inisiatif dan kreativitas dalam meningkatkan mutu sekolah.
2)        Pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber dayanya maka sekolah diharapkan luwes dan lebih lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumber daya yang di miliki secara optimal dalam meningkatkan mutu sekolah.
3)        Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya secara personel sekolah dapat memanfaatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
4)        Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
5)        Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena hanya pihak sekolah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
6)        Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilaman dikontrol oleh masyarakat setempat.
7)        Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah untuk menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
8)        Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat pada umumnya sehingga diharapkan sekolah berupaya semaksimal mungkin melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
9)        Sekolah dapat melaksanakan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalaui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.[19]




G.      Metode Penelitian
1.         Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini, penulis berusaha mengungkapkan beberapa bentuk Manajemen Sekolah Islam Terpadu dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi kasus di SDIT Al-Asror Tulungagung) secara menyeluruh dan apa adanya. Melalui pengumpulan data dari latar alami yaitu tempat proses pendidikan agama islam itu berlangsung dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Hal ini penulis lakukan ntuk mengetahui sejauh mana manajemen di SDIT Al-Asror Tulungagung dalam meningkatkan mutu pendidikan di lembaga tersebut.
Segala prosedur aktifitas penelitian yang penulis lakukan untuk menyusun tesis ini, menunjukkan bahwa penulis telah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor, seperti dikutip Meleong, definisi pendekatan penelitian kualitatif adalah: “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”[20]
Ada tiga alasan mengapa penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu:
1.        Menyesuaikan metode penelitian kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
2.        Metode ini meyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
3.        Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.[21]

2.         Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini instrumen utama dalam mengumpulkan data adalah peneliti, oleh karena itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Cara peneliti dalam menggali data adalah dengan terjun langsung ke lokasi penelitian yakni di SD Islam Terpadu Al-Asror Tulungagung. Baik dengan metode wawancara langsung dengan pengurus SD atau pun dengan bertanya langsung dengan para siswa.

3.         Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di desa Ringinpitu tepatnya di SD Islam Terpadu Al-Asror. Ada beberapa alasan tentang penentuan lokasi tersebut yaitu:
1.        Lokasi penelitian ini terletak sangat strategis Jl. Iswahyudi No. 8 Ringinpitu Kedungwaru Tulungagung, sekitar 7 km dari pusat kota.
2.        SD Islam Terpadu Al-Asror adalah sebuah lembaga pendidikan islam milik sebuah Yayasan Pondok Pesantren Al-Asror.
3.        Pada 3 tahun terakhir ini merupakan SD swasta yang mengalami kemajuan pesat. Sekarang sudah mencapai 10 rombel dari 212 siswa.

4.         Data dan Sumber Data
a.         Jenis Data
Data adalah “catatan fakta-fakta atau keterangan-keterangan yang akan diolah dalam kegiatan penelitian.”[22] Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 yaitu:
1)        Data Primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.[23] Data primer ini meliputi data hasil observasi dan wawancara penulis dengan objek penelitian.
2)        Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal.[24]

b.        Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh.[25] Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah responden dan dokumentasi.
1)        Responden
Responden adalah berupa orang yaitu orang yang memberikan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian.[26] Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa. Sedangkan hal yang ditanyakan peneliti kepada Kepala Sekolah dan Guru adalah tentang sejarah berdirinya SD Islam Al-Asror dan seputar manajemen yang sekolah tersebut. Sedang kepada siswa tentang tingkat pemahaman siswa dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2)        Dokumen
Dokumen yaitu barang-barang tertulis. Dokumen ini bisa berupa catatan, arsip, buku-buku, foto-foto dan dokumen lainnya. Dokumen yang dikumpulkan peneliti meliputi keadaan guru, siswa serta suatu yang ada kaitannya dengan SD Islam Terpadu Al-Asror Tulungagung.

5.         Teknik Pengumpulan Data
Tidak ada satu penelitian pun yang tidak melalui proses pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data tersebut ada banyak metode yang bisa digunakan yang biasanya disesuaikan dengan jenis penelitiannya.
a.         Metode Penelitian
Suatu penelitian bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiyah kalau penelitian itu menggunakan metode. Yang dimaksud metode pengumpulan data disini adalah cara yang digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data. Adapun pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi:
1)        Metode Observasi
Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematika terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.[27] Pengertian lain tentang metode observasi adalah pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.[28]
Didalam mengamati suatu objek penelitian tentunya melibatkan dua indra yang sangat vital yaitu mata dan telinga yang kemudian dimasukkan dalam ingatan, maka dari itu ada suatu cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu dengan mengadakan pencatatan terhadap hasil pengamatan.
Dalam observasi tersebut penulis memilih jenis observasi dan berperan serta yakni “penelitian yang bercirikan interaksi soaial yang memakan waktu yang cukup lama, antara peneliti dan subjek dalam lingkungan subjek.”[29]
2)        Metode Wawancara (Interview)
Interview yang digunakan interview terstruktur yaitu wawancara yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan deang struktur yang rumit.[30]
Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal.[31] Dengan kata lain interview (wawancara), merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
Interview dapat diartikan sebagai metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis yang berdasarkan tujuan dari penelitian.
Metode ini digunakan penulis untuk menanyakan data-data tentang sejarah berdirinya SD Islam Terpadu Al-Asror, keadaan SD Islam Terpadu Al-Asror, serta materi yang sejalan.
3)        Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu setiap pernyataan tertentu ditulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.[32] Dari definisi kiranya sudah cukup jelas apa yang dikehendaki oleh metode dokumentasi ini. Dalam pelaksanaannya akan diadakan suatu pencatatan dan penelitian tentang data dokumen yang diperlukan. Metode ini digunakan untuk mengetahui keadaan guru dan siswa di SD Islam Terpadu Al-Asror.

b.        Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan metode-metode diatas tidak lepas dari instrumen/alat bantu yang digunakan peneliti. Didalam penelitian ini penulis menggunakan alat bantu yaitu:
a.         Pedoman Observasi
Dalam observasi bersisi sebuah daftar kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi pengamat tinggal memberi tanda pada kolom tempat peristiwa muncul.
b.        Pedoman Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak yang lain dengan menggunakan suatu media.[33] Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain Interview/komunikasi digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Dalam hal ini peneliti membuat pertanyaan yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan dalam penelitian.
c.         Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi dalam kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan.[34] Hal yang harus dilakukan dalam berkomunikasi sebuah penelitian adalah membuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya. Semisal akan mencari data tentang keadaan guru, siswa, serta pengurus yayasan di suatu lembaga tersebut.

6.         Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan  hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.[35] Dalam penelitian ini menganalisa data dapat dilakukan dengan teknik analis data kualitatif yaitu: dat yang berupa fakta-fakta dan gejala-gejala yng sesuai dengan kenyataan.
Ada anlisa data yang penulis lakukan yaitu: analisis data selama pengumpulannya dan analisis data setelah selesai proses pengumpulan datanya. Analisa data selama pengumpulan sebenarnya hanyalah analisis awal dan bisa dilakukan dengan reduksi data. Langkah-langkah praktisnya yaitu pada setiap selesai melakukan satu kali pengumpulan data, penulis membuat bagian refleksi dari bagaian catatan lapanan, yang meliputi komentar dan memo. Dalam komentar dan memo tersebut akan terlihat temuan temuan sementara dan eksistensi fokus, apakah tetap atau perlu diubah, rencana  pengumpuklan data berikutnya berdasarkan pertanyaan-pertanyaan analisis yang muncul dari data yang sudah terkumpul dan penetapan sumber data berikutnya.
Analisa data setelah pengumpulan data dilakukan dengan tiga langkah yaitu dengan pengkodean, penyortiran (pengelompokan) dan penarikan kesimpulan pada tahap akhir.
Langkah pertama adalah pemberian kode pada setiap field note sesuai dengan kategori-kategori yang telah penulis terapkan. Pada tahap penyortiran data, penulis mengelompokkan satuan-satuandata tersebut menurut kategorinya dengan menuliskan kembali dalam data lembaran atau kertas baru. Secara teori metode seperti ini disebut file card system (sistem kartu arsip). Dari tahap inilah kemudian terjadi paparan data dalam skripsi ini. Pada tahap terakhir yaitu penarikan kesimpulan, penulis berusaha menarik kesimpulan dari sajian atau paparan data. Dalam skripsi ini penarikan kesimpulan tersaji dalam bentuk temuan penelitian.
Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris, penelitian terjun ke lapangan. Mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada dilapangan. Analisa data didalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dengan demikian temuan penemuan penelitian dilapangan yang kemudian dibentuk kedalam bangunan teori, hukum, bukan dari teori yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan (induktif).[36]

7.         Teknik Keabsahan Data
Agar temuan dan keabsahan data dapat akurat peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.         Memperpanjang Kehadiran Peneliti di Lapanagan
Posisi peneliti sebagai instrumen utama dalam proses pengumpulan data menurut peneliti, berperan serta untuk terjun langsung dalam komunitas SD Islam Terpadu Al-Asror sesuai dengan alokasi yang ditentukan dan sekaligus melakukan pengecekan validitas data dan menghindari distorsi pribadi yang berupa subjektifitas peneliti dan distorsi dari informan baik yang disengaja seperti karena ingin menyenangkan peneliti atau tidak semangat menanggapi penelitian.
Dalam alokasi waktu yang telah diberikan pada peneliti. Peneliti memperpanjang waktu kehadiran dari alokasi waktu yang telah diberikan. Hal ini peneliti lakukan untuk mencari kelengkapan data-data yang terkait dengan jumlah pengajar di SD Islam Terpadu Al-Asror, letak geografis lokasi penelitian, struktur kepengurusan, melakukan wawancara, observasi dan lain-lain, dilokasi penelitian yang mana respondennya adalah guru SD Islam Terpadu Al-Asror dan semua komunitas SD Islam Terpadu Al-Asror.
b.        Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.[37] Ini merupakan teknik yang lazim dipakai untuk uji validitas dalam penelitian kualitatif. Dengan triagulasi peneliti mampu menarik kesimpulan yang lengkap tidak hanya dari sudut pandang, sehingga kebenaran data lebig bisa diterima. Triangulasi dapat dilakukan dengtan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data  juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.[38]
c.         Pembahasan Sejawat
Teknik pengecekan validitas data ini biasa dilakukan dengan cara mengekspose hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk  diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Pembahasan sejawat tersebut akan menghasilkan masukan dalam bentuk kritik, saran, arahan dan lain-lain sebagai bahan pertimbangan berharga bagi proses pengumpulan data selanjutnya dan analisis data sementara serta analisis data akhir.
Dalam prateknya hal ini berulang kali peneliti lakukan karena dalam melkukan penelitian, peneliti sering berkumpul dengan teman-teman yang juga melakukan penelitian  walaupun lokasinya berbeda. Hali ini rutin dilakukan ketiak para peneliti sedang berkumpul di tempat yang sama.

H.      Sistematika Pembahasan
Dalam sebuah karya ilmiah adanya sistematika merupakan bantuan yang dapat digunakan oleh pembaca untuk mempermudah mengetahui urut-urutan sistematis dari isi karya ilmiah tersebut. Sistematika pembahasan dalam tesis  ini dapat dijelaskan bahwa tesis ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni bagian priliminier, bagian isi atau teks dan bagian akhir, lebih rinci lagi dapat diuraikan sebagai berikut :
Bagian priliminier, yang berisi: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan, memuat kata pengantar, halaman daftar isi, halaman tabel, halaman daftar gambar, halaman daftar lampiran, halaman abstrak.
Bagian isi atau teks, yang merupakan inti dari hasil penelitian yang terdiri dari enam bab dan masing-masing bab terbagi ke dalam sub-sub bab.
Bab I pendahuluan bagian ini terdiri dari koteks penelitian, fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Kajian Pustaka, bagian ini terdiri dari tinjauan tentang guru pendidikan agama islam, tinjauan tentang kepribadian muslim, dan kontribusi guru pendidikan agama islam dalam membentuk kepribadian muslim.
 BAB III : pada bab ini mengemukakan tentang metodologi penelitian yang berisi tentang : pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV : berisi tentang paparan data dan temuan penelitian yang meliputi deskripsi tentang objek, penyajian data dan analisanya sera dilanjutkan dengan pembahasan.
BAB V : berisi tentang pembahasan hasil penelitian.
BAB VI : berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.














DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Peneitian Suatu Pendekatn Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002.
Collingridge, J., and Ritchie, M. Dasar-Dasar Manajemen Personalia. Diterjemahkan oleh Ratna S. (Jakarta: Erlangga.1979)
Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2003.
Dinas pendidikan. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah.(Jakarta:Ditjen Ditnasmen Depdiknas.2002)
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, (Manajemen Mutu Pendidikan) Alis Bahasa. Ahmad Ali Riyadi & Fahrurrozi. (Yogyakarta. 2008. Cet; VII)
Jerome S. Arcaro, “Quality in Education: an Implementation Handbook” diterjemahkan oleh Yosal Iriantara, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007.
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju, 1990.
Lexy J Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002).
Lifkhoirulahmadi, dkk. Setrategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan ,Cetakan 2, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Marsongko, Hari. Manajemen kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SD  Muhamadiyah  Wonorejo. 2015.
M. Sobrisutikno. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistika, 2012.
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiyah). Bandung: Jemmars, 1991.
Onisimusamtu. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. bandung: Alfabet, 2011. 47.
R Terry, George .Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008.
Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007.       
P Siagian, Sondang. Filsafah Administrasi, CV Masaagung, Jakarta, 1990.
Masrokan, Prim. Manajemen mutu sekolah strategi peningkatan mutu dan daya saing lembaga pendidikan Islam. Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,2013.
Suharsimi, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002.
Syafi’i, Asrof Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Elkaf, 2005.
S. Nasution,  Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003.
Surakhmad, Winarko.  Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito, 1990, 163.
Tanzeh, Suyetno. Dasar-Dasar Penelitian. Surabaya: Elkaf, 2006,27.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Ulwan , Nasih Abdul, Pedoman Pendidikan Anak  Dalam  Islam Jilid 2. Bandung: Asy-Syifa’, 1990.
Ulbertsilalahi. Asas-asas Manajemen. Bandung: Mandarmaju,1996.
www.immasjid.com/dl_jump.php?id=83, tgl 20 Maret  2018.



[1] Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. 3.
[2] M. Sobrisutikno. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistika, 2012. 4.
[3]Ulbertsilalahi. Asas-asas Manajemen. Bandung: Mandarmaju,1996. 135-136.
[4]M. Sobrisutikno. Manajemen Pendidikan…..23.
[5]Onisimusamtu. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. bandung: Alfabet, 2011. 47.
[6]Lifkhoirulahmadi, dkk. Setrategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011. 2.
[7]M. Sobrisutikno. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistika, 2012.4.
[8] Hari marsongko. Manajemen kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SD  Muhamadiyah  Wonorejo. 2015.
[9]Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2003.1
[10]Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007.8
[11]Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, CV Masaagung, Jakarta, 1990.5
[12]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008.260
[13] Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1997.61

[14] Iifkhoirulahmadi, dkk. Setrategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.
[15]Jerome S. Arcaro, “Quality in Education: an Implementation Handbook” diterjemahkan oleh Yosal Iriantara, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah Penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007), 75.
[16]Prim Masrokan. Manajemen mutu sekolah strategi peningkatan mutu dan daya saing lembaga pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,2013) 123.

[17] Dinas pendidikan. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah.(Jakarta:Ditjen Ditnasmen Depdiknas.2002)
[18] Prim Masrokan. Manajemen mutu sekolah strategi peningkatan mutu dan daya saing lembaga pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA,2013)133

[19] Dinas pendidikan. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah.(Jakarta:Ditjen Ditnasmen
     Depdiknas.2002)
[20] Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras, 2009, 100.
[21] Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Ros Dakarya, 2001, 5.
[22] Suyetno Tanzeh, Dasar-Dasar Penelitian. Surabaya: Elkaf, 2006,27.
[23] Winarko Surakhmad,  Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito, 1990, 163.
[24] Asrof Syafi’i, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Elkaf, 2005, 212.
[25] Suharsimi, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002, 107.
[26] Suharsimi, Ibid. 143.
[27] Margono, Ibid. 145.
[28] Ahmad Tanzeh, Op Cit. 58.
[29] Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju, 1990, 157.
[30] Kartini Kartono, Ibid. 151
[31] Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiyah). Bandung: Jemmars, 1991, 153.
[32] Nasution, Ibid. 160.
[34] http://blog-indonesia.com/blog-archive-14554-45.html tgl 20 maret 2018
[35] Lexy Moloeng, Op Cit. 103.
[36] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 330.
[37] Margono, Ibid.178
[38] S. Nasution,  Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003, 115.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata dan Profil Danu Sabilu Taubah, Rekan Gus Iqdam Lengkap Nama Asli, Umur, Pendidikan, Pekerjaan

  Biodata dan Profil Danu Sabilu Taubah, Rekan Gus Iqdam Lengkap Nama Asli, Umur, Pendidikan, Pekerjaan Bagi masyarakat yang menyukai dan ...