BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bukanlah
hal aneh, bila saat ini kita mulai menemukan terjadinya masalah suksesi gulma
pada perkebunan-perkebunan besar maupun kehutanan di Indonesia. Seperti halnya
telah dilaporkan di banyak tempat, terutama di pulau Sumatera, daerah dimana
perkebunan telah lama dibuka, dapat terlihat adanya perubahan jenis gulma
kearah gulma berdaun lebar yang agresif, bandel dan sangat merugikan seperti
Asystasia coromandeliana, Mikania micranta, Hedyotis, Borreria, juga
pakis-pakisan seperti Stenochlaena, Pteridium, Dicranopteris,dll, mendominasi menggantikan gulma golongan
berdaun lunak.
Gulma lunak seperti Paspalum,
Ottochloa, Cyrtococcum, Axonopus dan lainnya
yang lebih µdisenangi¶ para pekebun karena manfaatnya sebagai tumbuhan penutup
tanah maupun pencegah erosi, lambat laun berubah dan digantikan komunitas gulma
yang merugikan dan susah untuk dikendalikan.
Munculnya
gulma berdaun lebar yang agresif dan bandel tersebut, dinilai sangat merugikan
usaha budidaya tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit, dan dapat menekan
hasil panen antara 10-100%. Disamping itu, para pekebun juga dihadapkan pada
biaya pengendalian gulma dan tenaga kerja yang tinggi serta waktu yang tersita
untuk merubah komposisi gulma yang ada kembali ke komposisi gulma awal yang
lebih bersahabat
Umumnya masalah suksesi gulma
disebabkan oleh penggunaan satu jenis / golongan herbisida secara terus menerus
dalam jangka panjang. Penggunaan herbisida sistemik translokatif seperti
Glifosat maupun Sulfosat yang dirasakan sangat efektif dalam mengendalikan
gulma berdaun sempit secara terus menerus dapat meniadakan berbagai jenis gulma
lunak yang ada dan menggantikannya dengan jenis gulma yang sulit dikendalikan
dengan herbisida sejenis.
Suksesi gulma atau perubahan
komunitas gulma yang ada menjadi komunitas yang lain daripada kondisi awalnya,
telah dilaporkan sebelumnya terjadi di semenanjung Malaysia. Di Indonesia, hal
yang sama juga telah ditemukan di areal-areal perkebunan yang telah lama
dibuka. Suksesi gulma Asystasia, Mikania, Borreria, Stenochlaena,da n Dicranopteris, telah ditemukan di perkebunan kelapa sawit maupun karet di
Sumatera. Di tempat lain, suksesi gulmaB or r eria juga ditemukan pada hamparan
perkebunan teh.
Untuk merumuskan jenis pengendalian
yang tepat, diperlukan pengetahuan yang mendalam akan bioekologi gulma dan interaksinya
dengan tanaman utama. Suksesi gulma perlu diatasi dengan merubah pola atau
sistem pengendalian yang saat ini diterapkan, yang pada umumnya selalu
mengandalkan penggunaan herbisida sejenis yang murah, namun beresiko tinggi.
Penerapan sistem pengendalian gulma
yang berkelanjutan dengan berfokus pada rotasi / pergiliran penggunaan
herbisida, seperti Program Tu Ji Wan Ti (2G-1T), telah diteliti secara mendalam
dan teruji dapat mencegah terjadinya masalah suksesi gulma yang akan timbul. Tu
Ji Wan Ti adalah program pengendalian gulma jangka panjang yang dikembangkan
leh Syngenta dengan menitikberatkan pada penggunaan herbisida secara
bergiliran, yaitu 2 kali aplikasi Gramoxone secara berturut -turut diikuti Dengan
1 kali aplikasi Touchdown Hitech sepanjang tahun, telah terbukti efektifdalam
menjaga komposisi gulma, tetap memelihara gulma lunak sekaligus mencegah
terjadinya suksesi gulma pada areal perkebunan, khususnya kelapa sawit.
Sebenarnya, masalah suksesi gulma tersebut dapat diminimalisasi dengan penggunaan
herbisida kontak seperti Gramoxone, namun herbisida parakuat ini memberikan
pengendalian gulma jangka pendek, sehingga dibutuhkan jumlah aplikasi yang
lebih banyak pertahunnya. Di sisi lain, herbisida sistemik translokatif seperti
glifosat maupun sulfosat memberikan pengendalian gulma yang lebih lama, namun
menimbulkan resiko suksesi gulma dalam penggunaan jangka panjang. Sebagai
solusinya, diperkenalkan teknologi pengendalian terpadu yang merupakan
kombinasi terbaik penggunaan herbisida untuk mencegah suksesi gulma. Oleh
karenanya sebelum masalah suksesi gulma terjadi, kita perlu secara
sungguh-sungguh mempertimbangkan dampak jangka panjang serta kerugian yang
bakal diderita akibat menggunakan herbisida sejenis secara terus menerus dengan
dalih efisiensi dan mencari keuntungan sesaat. Program pengendalian gulma
berkelanjutan dan terpadu adalah solusi utama dalam mengantisipasi masalah
suksesi gulma, sekaligus menghemat biaya pengendalian gulma dalam jangka
panjang.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengenal dan mengetahui jenis gulma rumputan, daun lebar dan tekian
2. Dapat melakukan analisis vegetasi gulma
3. Dapat melakukan aplikasi herbisida secara tepat
2. Dapat melakukan analisis vegetasi gulma
3. Dapat melakukan aplikasi herbisida secara tepat
C. Metode
D. Bahan
E.
Waktu
Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pengamatan Tanaman Semangka (Citrullus
Lanatus) kita mulai sekitar pukul 14.30 langsung dilahan Penanaman Buah
Semangka Di Lahan UPTD SMK NEGERI 1 TULUNGAGUNG .
F.
Manfaat
Penulisan
Manfaat Penulisan Makalah ini ;
1. Pembaca
dapat mengetahui isi makalh yang kami buat.
2. Kita
bisa membaca dan menggunakan isi makalah ini dengan sebaik mungkin dan dapat
menambah wawasan dan ilmu tentang Penyakit Pada Tanaman Semangka (Citrullus
Lanatus) lebih Luas lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar