PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “TILAKUL BIASHA” UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BENTUK ALJABAR PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI
1 MEGALUH JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2011 – 2012
Oleh
: WAHIB
Abstrak:
Kata Kunci : Motivasi
Belajar, Prestasi Belajar, Tilakul Biasha, Bentuk Aljabar.
Kelas VIII B SMP Negeri 1 Megaluh motivasi belajarnya rendah tampak dari
kegiatan belajarnya yang kurang memperhatikan
ketika guru menjelaskan materi pelajaran, kurang berperan aktif ketika
diskusi kelompok, apalagi jika menghadapi soal yang sulit, mereka malah loyo. Pada
saat kerja kelompok hanya beberapa yang mengerjakannya sementara yang lain
hanya menunggu dan mencontoh saja, tidak mau bertanya kepada kawan bagaimana
cara mengerjakannya. Tampak dari hasil pekerjaan yang mencontoh ada beberapa
langkah/tulisan yang tidak logis, tidak runtut, salah tulis dan lain
sebagainya. Mereka lebih percaya dengan
pekerjaan teman dari pada pekerjaannya sendiri. Prestasi belajarnya juga rendah tampak pada saat ulangan harian masih banyak yang tidak
langsung mengerjakannya, melainkan menggantungkan pada teman dan nilai rata-ratanya hanya 45,70
kurang dari 78,00 yang merupakan KKM untuk yang telah ditentukan.
Kita semua berharap bahwa pembelajaran yang kita
lakukan didalamkelas senantiasa mencerminkan motivasi yang tinggi dan hasil
yang tinggi pula. Motivasi tinggi ditandai dengan antusias ketika belajar,
mampu mengerjakan tugas – tugas yang diberika guru, merasa tertantang dengan
tugas yang diberikan, merasa bangga
dengan prestasinya dll. Prestasi tinggi ditandai dengan nilai rata – rata lebih
dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan.
Guna mengatasi permasalahan tersebut diatas
peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran “TILAKUL BIASHA“ yang merupakan akronim dari mengerTI,
meLAKukan, mengULang – ulang, memBIASakan
dan menuai HAsil. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran inovasi yang
dikembangkan oleh peneliti dari Proses pembelajaran menjadi orang cerdas
Finansial Spiritual yang ditulis oleh Iman Supriono dalam bukunya yang
berjudul: FSQ Memahami, Mengukur dan Melejitkan Financial Spiritual Quotient
untuk Keunggulan Diri, Perusahaan & Masyarakat. Iman Supriono
menyebutnya sebagai proses
pembelajaran FSQ LIMA DALAM SATU yaitu:
Memahami, Mengerjakan, Mengukang – ulang, Membiasakan dan Menuai hasil
(Supriono, 2007:40). Kemudian peneliti adaptasi sebagai model pembelajaran. Kebaikan model pembelajaran ini adalah:
Tahapan - tahapan yang sistematis sesuai dengan karaktristik belajar metematika
dari yang mudah menuju yang sulit, dari sederhana menuju yang rumit dan sesuai
dengan karakteristik belajar siswa SMP
yang membutuhkan penjelasan sejelas – jelasnya, keinginan untuk mencoba/melakukan
dan melakukannya berulang – ulang.
Penelitian senada pernah saya lakukan
sendiri dengan judul: Meningkatkan Prestasi Belajar Kalor dengan Model
Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas VII A SMPN 1 Megaluh pada Tahun
Pelajaran 2009 – 2010 dengan hasil: ada peningkatan prestasi belajar sebesar
22,56 terhadap Kriteia Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan.
Bentuk Aljabar adalah bagian matematika
yang harus dikuasai siswa dengan baik karena materi ini akan senantiasa
digunakan pada pembelajaran matematika selanjutnya, oleh karena itu jika materi
ini tidak dikuasai dengan benar dikhawatirkan akan mengalami kesulitan pada
materi selanjutnya.
Dari uraian diatas maka peneliti mengambil judul:
“Penerapan Model Pembelajaran “TILAKUL
BIASHA” untuk Meningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Bentuk Aljabar pada
Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 1 Megaluh Jombang Tahun Pelajarn 2011 – 2012”
Dari latar belakang diatas dapat
peneliti susun rumusan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana menerapkan model
pembelajaran “TILAKUL BIASHA” untuk
meningkatkan motivasi belajar Bentuk Aljabar siswa kelas VIII B SMPN 1 Megaluh Jombang
tahun pelajaran 2011-2012?. 2) Bagaimana menerapkan model pembelajaran “TILAKUL BIASHA” untuk meningkatkan
prestasi belajar Bentuk Aljabar siswa kelas VIII B SMPN 1 Megaluh Jombang tahun
pelajaran 2011-2012?.
Sedangkan tujuan tujuan dalam penelitian
ini sebagai berikut, 1) Menerapkan model pembelajaran “TILAKUL BIASHA” untuk Meningkatkan motivasi belajar bentuk aljabar
siswa kelas VIII B SMPN 1 Megaluh tahun pelajaran 2011-2012. 2) Menerapkan
model pembelajaran “TILAKUL BIASHA” untuk
Meningkatkan prestasi belajar bentuk aljabar siswa kelas VIII B SMPN 1 Megaluh
tahun pelajaran 2011-2012
Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1)Bagi siswa: Meningkatnya motivasi belajar Operasi aljabar dengan model
pembelajaran “TILAKUL BIASHA” siswa
kelas VIII B SMPN 1 Megaluh tahun pelajaran 2011-2012. Meningkatnya prestasi belajar Operasi aljabar dengan model
pembelajaran “TILAKUL BIASHA” siswa
kelas VIII B SMPN 1 Megaluh tahun pelajaran 2011-2012. 2)Bagi guru:
Meningkatnya profesionalisme guru dalam
menggunakan model pembelajaran “TILAKUL
BIASHA” untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar bentuk aljabar siswa kelas VIII B
SMPN 1 Megaluh tahun pelajaran 2011-2012. 3) Bagi sekolah: Meningkatnya jumlah
siswa yang motivasi dan prestasi belajarnya tinggi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dalam membuat kebijakan sekolah dalam proses belajar mengajar
METODE PENEKITIAN
Motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsunngan dari kegiatan belajar dan yang memberiakn
arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang diketahui oleh siswa tercapai.
Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada beberapa motif, yang bersama-sama
menggerakan sistem untuk belajar, motivasi belajar merupakan faktor psikis yag
bersifat non intelektual. Peran motivasi
yang khas adalah dalam hal meningkatkan gairah/semangat belajar, siswa yang
bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Prestasi belajar di
bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi
faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran
yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi
prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar
dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut
Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila
dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar.
Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara
terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai
bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal
tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif,
bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. (http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar).
Adapun pengertian prestasi belajar
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: hasil belajar secara kognitif yang
ditunjukkan melalui hasil ualngna harian
yang diberikan pada akhir setiap siklus. Sedangkan penilaian secara
afektif dan psikomotor masih belum diberikan.
Pembelajaran matematika sebaiknya dimulai dari masalah yang
kontekstual. Sutarto Hadi (2006: 10) menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat
digali dari: (1) situasi personal siswa, yaitu yang berkenaan dengan kehidupan
sehari-hari siswa, (2) situasi sekolah/akademik, yaitu berkaitan dengan
kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran
siswa, (3) situasi masyarakat, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan dan
aktivitas masyarakat sekitar siswa tinggal, dan (4) situasi
saintifik/matematik, yaitu yang berkenaan dengan sains atau matematika itu sendiri.
Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada
penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada
pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas siswa
perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja
kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24). Langkah-langkah
tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun
metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif.
Bentuk aljabar dalam pembelajaran
matematika SMP adalah: ungkapan atau algebraic
expression. Bentuk aljabar dalam x berarti bentuk aljabar dengan variabel x
dan lambang lainnya bukan variabel. Bentulaljabar yang terdiri dari suku-suku
sejenis dapat disederhanakan (dengan dijumlahkan atau dikurangkan) sehingga
diperoleh suku tunggal (Wardani, 2004: 23).
Bentuk Aljabar menurut peneliti
adalah kalimat matematika yang mengandung variabel dengan atau tidak dengan
konstanta. Bentuk aljabar ini adalah materi pelajaran yang terdapat pada
standar kompetensi 1. Yaitu
pada Kompetensi Dasar 1.1
Materi pelajaran ini diberikan pada kelas VIII semester tiga.
TILAKUL BIASHA adalah model pembelajaran
kooperatif inovatif yang dikembangkan peneliti dengan menggunakan pendekatan
deduktif. TILAKUL BIASHA merupakan
akronim dari mengerTI, meLAKukan, mengULang – ulang, memBIASakan dan menuai HAsil. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran inovasi yang
dikembangkan oleh peneliti dari Proses pembelajaran menjadi orang cerdas
Finansial Spiritual yang ditulis oleh Iman Supriono dalam bukunya yang berjudul:
FSQ Memahami, Mengukur dan Melejitkan Financial Spiritual Quotient untuk
Keunggulan Diri, Perusahaan & Masyarakat.
Adapun tahap –tahap pembelajaran yang peneliti maksudkan
adalah sebagai berikut :
NO
|
TAHAP PEMBELAJARAN
|
KEGIATAN GURU
|
1
|
MENGERTI
(TI)
|
-
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
-
Dengan Tanya
jawab guru menyampaikan materi pelajaran dengan contoh - contoh soal yang mudah
sampai sulit.
|
2
|
MELAKUKAN
(LAK)
|
-
Guru
menyiapkan 3 set kartu soal
-
Siswa dibagi
dalam kelompok kecil yang heterogen setiap kelompok terdiri dari 4 siswa,
setiap kelompok diberikan satu kartu soal untuk dikerjakan secara
berkelompok, setiap anggota kelompok mengerjakan jika sudah selesai dikoreksi
oleh guru, dan mendapatkan poin kelompok.
|
3
|
MENGULANG – ULANG
(UL)
|
-
Kartu soal
ditukar dengan kartu soal yang lain untuk dikerjakan secara berkelompok lagi,
sampai 3 set kartu soal yang disediakan guru diselesaikan semua, setelah
waktu yang ditentukan selesai, kelompok yang mengerjakan kartu soal paling
banyak yang menang, mendapat reward kelompok.
|
4
|
MEMBIASAKAN
(BIAS)
|
-
Secara
individu siswa diberikan kuis yang berisi 3 pertanyaan, siswa yang
mengerjakan paling teliti, cepat dan benar akan mendapatkan reward
perorangan.
|
5
|
MENUAI
HASIL
(HA)
|
-
Siswa diberika
Post tes / formatif untuk mengukur keberhasilan pembelajaran saat itu.
|
Penerapan model pembelajaran TILAKUL BIASHA dapat meningkatkan
motivasi belajar sebab dalam pembelajaran ini ada tahap membiasakan, dimana
pada tahap ini siswa berjuang dengan segala kemampuan yang ada untuk bisa
mendapatkan reward dari guru. Reward akan membanggakan siswa dan merasa
terangkat harga dirinya.
Model pembelajaran TILAKULBIASHA mampu meningkatkan
motivasibelajar siswa karena dalam
model pembelajaran ini pada tahap mengulang juga dikembangkan persaingan antar
kelompok , kelompok siapa yang sudah selesai mengerjakan tugas dengan baik,
kelompok itu berhak untuk mendapatkan tugas yang lain yang lebih tinggi tingkat
kesulitannya
Model pembelajaran TILAKULBIASHA
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan motivasi tinggi yang
sudah terbangun selama kegiatan pembelajaran siswa akan mengerahkan semua
kemampuan berpikirnya sehingga prestasi maksimal yang akan ia dapatkan pada
saat ulangan harian nanti. Prestasi adalah merupakan hasil maksimal yang dapat
ditunjukkan siswa sebagai perwujudan dari hasil belajarnya. Dari tahap
pembiasaan, siswa akan mampu mengerjakan soal dengan cepat sehingga prestasi
yang ia peroleh akan maksimal. Pada saat
kebiasaan terbentuk kita akan menjadi sangat mahir dalam ilmu tersebut.
Apabila kebiasaan terbentuk maka pekerjaan akan
dapat kita lakukan dengan mudah, otomatis bisa tanpa dipikir panjang, seperti
jika kita naik sepeda(Supriono,
2007: 43).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar